04 January 2009

Komponen Bahan Bangunan Seharusnya Bisa Lebih Murah

Kapanlagi.com - Kepala Pusat Permukiman Balitbang Departemen PU Nana Terangna Ginting mengatakan komponen harga bahan bangunan dapat ditekan agar lebih murah dengan memanfaatkan bahan limbah.

"Hampir 60 sampai 70 % dari harga rumah berasal dari komponen bangunan. Sehingga kalau bisa ditekan tanpa mengurangi kualitas harga rumah bisa murah," kata Nana dalam kunjungan kerja Menpera ke Balitbang Departemen PU, Rabu.

Sebagai gambaran, kata Nana, Puskim Balitbang PU telah menemukan Rumah Inti Sederhana Sehat (Risha) yang dapat dibongkar pasang tipe terbaru dengan harga yang lebih ringan, saat ini masih diupayakan agar harga dapat ditekan lebih rendah lagi.

Apalagi, kata Nana, saat ini terdapat limbah yang berasal dari bambu, sekam padi, pengeboran minyak dari Balongan, pelepah kelapa sawit bahkan lumpur Sidoarjo yang dapat dibuat bahan bangunan pengganti batu bata yang harganya lebih murah.

"Murah tidaknya bahan bangunan tergantung ketersediaan bahan bakunya serta biaya untuk mengangkutnya. Dari hasil yang kami kaji komponen tersebut harganya masing-masing berbeda di setiap daerah. Sehingga harus dicari mana yang paling ekonomis," jelasnya.

Dia mencontohkan pasir dari Gunung Galunggung yang kualitasnya masih baik pada tahun 1990 bahkan dipergunakan untuk bangunan bertingkat tinggi akan tetapi saat ini produksinya masih banyak tetapi kualitasnya turun sehingga biaya angkutnya ke Jakarta sudah tidak efisien lagi.

"Sehingga dalam memproduksi bahan bangunan sebaiknya mengoptimalkan bahan bangunan lokal. Bahkan apabila dapat memberdayakan masyarakat akan memberi kontribusi yang signifikan pada kondisi sosial ekonomi setempat," tuturnya.

Hampir semua bahan limbah tersebut dapat dibuat komponen bahan bangunan seperti pondasi, lantai, dinding, serta langit-langit. Bahkan telah ditemukan untuk memanfaatkan runtuhan bangunan. Sebanyak 60 % puing masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti bata.

Sebagai gambaran untuk per meter persegi menggunakan bata merah membutuhkan biaya Rp112.000 maka dengan agregat yang berasal dari limbah cukup membutuhkan Rp68.750, ujarnya.

Alat bantu yang dibutuhkan juga terjangkau untuk alat manual Rp1,2 juta per unit atau Rp4,25 juta yang sekali cetak bisa empat unit. Sementara yang digerakkan listrik Rp36 juta sedangkan diesel Rp40-42 juta mampu memproduksi 1.200 unit per hari. (*/rsd)

Sumber : http://www.kapanlagi.com/h/0000213149.html

No comments:

Post a Comment